ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 30 Maret 2025

Relevankah Feng Shui bagi Pemimpin?

 Oleh:

Natanael Salim dan Hana Panggabean

Fakultas Magister Psikologi Profesi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Feng Shui merupakan sistem kepercayaan kuno asal Tiongkok yang bertujuan menciptakan keseimbangan antara manusia dan lingkungannya. Secara harafiah, Feng Shui berarti "angin" (Feng) dan "air" (Shui), yang melambangkan elemen penting dalam kehidupan manusia. Prinsip dasar Feng Shui meliputi teori lima elemen (Wu Xing), yang terdiri dari kayu, api, tanah, logam, dan air, yang saling berinteraksi untuk menciptakan keseimbangan; konsep Yin-Yang yang menggambarkan keseimbangan antara energi pasif dan aktif; serta penggunaan bagua, sebuah alat berbentuk delapan trigram yang membantu menentukan arah dan pengaturan ruang untuk mencapai harmoni optimal. Konsep utama Feng Shui adalah pengaturan energi atau Qi dalam suatu ruang agar dapat membawa keberuntungan, kesehatan, dan kesejahteraan bagi penghuninya (Matthews, 2023).

Feng Shui: Kepercayaan atau Ilmu?

Feng Shui telah berkembang menjadi sistem yang diyakini mampu memengaruhi kehidupan seseorang. Banyak orang memanfaatkan Feng Shui dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari desain rumah, tata ruang kantor, hingga strategi bisnis. Beberapa perusahaan global seperti McDonald’s dan Disney menerapkan prinsip Feng Shui dalam desain fasilitas mereka di Asia untuk menciptakan lingkungan yang lebih kondusif (Bonaiuto et al., 2010). Begitu pula dengan sejumlah perusahaan di Indonesia yang telah mengadopsi konsep ini dalam operasional mereka (Fakhriansyah, 2024).

Apa yang membuatnya menarik bagi korporasi besar dan profesional?

Watton et. al., (2019) menekankan bahwa nilai dan keyakinan adalah salah satu faktor-selain kepribadian dan kemampuan kognifit-yang berpengaruh pada perilaku seorang pemimpin.  Nilai dan keyakinan membentuk selective perception pada pemimpin dalam mengevaluasi informasi yang diterimanya. Berlanjut pada membangun intensi, mendorong perilaku, dan bahkan meninggalkan legacy kepemimpinannya. Jelaslah, betapa penting pengaruh sebuah nilai dan keyakinan pada perilaku pemimpin.  

Pemimpin yang memegang Feng Shui sebagai nilai pribadi dan meyakininya akan mengalami proses yang sama. Sebagai sistem kepercayaan, Feng Shui dapat memengaruhi cara pemimpin mengambil keputusan. Kepercayaan terhadap Feng Shui mendorong pemimpin untuk menyesuaikan lingkungan dengan prinsip keseimbangan dan harmoni. Dalam konteks bisnis, pemimpin yang menerapkan Feng Shui sering kali menggunakannya sebagai pedoman dalam menetapkan strategi dan mengelola sumber daya manusia.

Feng Shui juga berperan dalam menciptakan suasana kerja yang lebih baik dengan mengoptimalkan tata letak ruangan, pemilihan warna, serta pencahayaan yang dianggap dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas karyawan. Selain itu, Feng Shui dipercaya membantu pemimpin dalam menciptakan hubungan harmonis di tempat kerja dan memfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih bijaksana (Lomas, 2021).

Studi yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa Feng Shui berperan sebagai nilai terminal yang menjadi tujuan utama seseorang dalam menjalani kehidupan (Rokeach, 1973). Dengan kata lain, Feng Shui bukan sekadar aturan tata ruang, tetapi merupakan filosofi yang mendasari cara seseorang bertingkah laku dan mengambil keputusan untuk mencapai keseimbangan serta keharmonisan dalam hidupnya.

Kepemimpinan Bisnis Keluarga

Dalam dunia kerja, Feng Shui tidak hanya diterapkan pada aspek fisik seperti tata letak ruangan, tetapi juga memengaruhi cara pemimpin berinteraksi dengan karyawan dan mengambil keputusan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pemimpin bisnis keluarga, peranan Feng Shui mengemuka dalam aspek sebagai berikut

  1. Penentu Arah Bisnis – Pemimpin yang percaya pada Feng Shui sering menggunakannya dalam strategi perusahaan, seperti menentukan momentum dan lingkungan terbaik untuk ekspansi bisnis.
  2. Mitigasi Ketidakseimbangan – Feng Shui membantu pemimpin mengidentifikasi dan mengatasi ketidakseimbangan dalam organisasi. Ketidakseimbangan di sini dapat berwujud kelemahan titik energi tempat kerja maupun kelemahan dinamika tim kerja. Kesemuanya ini berdampak buruk bagi jalannya bisnis, mengganggu produktivitas dan well-being karyawan.
  3. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan – Dengan menyesuaikan tata ruang dan elemen di tempat kerja, pemimpin yang menerapkan Feng Shui percaya bahwa hal ini dapat meningkatkan semangat kerja, kesejahteraan psikologis, dan produktivitas karyawan.
  4. Memandu Pengelolaan Karyawan– Feng Shui digunakan sebagai panduan dalam pengambilan keputusan pengelolaan karyawan, termasuk menentukan struktur tim yang harmonis, promosi karyawan dan relasi atasan-bawahan yang selaras.

Studi menunjukkan bahwa pemimpin yang mengintegrasikan Feng Shui dalam gaya kepemimpinan mereka cenderung memiliki lingkungan kerja yang lebih stabil, produktif, dan selaras dengan nilai keharmonisan yang mereka pegang (Auer-Spath & Glück, 2019).

Mengoptimalkan Feng Shui pada Pemimpin

Meskipun Feng Shui sering kali dianggap sebagai mitos atau kepercayaan tradisional, telah terbukti secara ilmiah bahwa prinsip-prinsipnya memberikan manfaat dalam kehidupan pribadi dan profesional pemimpin bisnis. Namun demikian, di sana sini kita masih sering mendengar sisi negatif dari penggunaan Feng Shui seperti meningkatnya biaya untuk melakukan investasi pada furnitur, desain, dan material tertentu; adanya konflik karena perbedaan nilai individu; serta berpotensi menimbulkan ketidaksetaraan atau ketidakadilan karena memaksa mengaplikasikan nilai Feng Shui (Walls, 2023). Hal ini biasanya terjadi karena pemahaman Feng Shui yang kurang utuh dan hanya di permukaan. Untuk menghindari dan meminimalkan sisi negatif, sangat penting untuk memahami konsep dan penerapan Feng Shui secara utuh dan mendalam. Bentuk-bentuk edukasi masyarakat seperti seminar, workshop atau pelatihan Feng Shui perlu memasukkan perspektif psikologi yang menempatkan Feng Shui sebagai sebuah nilai budaya luhur Tionghoa yang aplikatif, bukan semata-mata mitos atau kepercayaan tanpa dasar.

Referensi:

Auer-Spath, I., & Glück, J. (2019). Respect, attentiveness, and growth: Wisdom and beliefs about good relationships. International Psychogeriatrics, 31(12), 1809–1821. https://doi.org/10.1017/S104161021900022X

Bonaiuto, M., Bilotta, E., & Stolfa, A. (2010). Feng shui and environmental psychology: A critical comparison. Journal of Architectural and Planning Research, 27(1), 23–34. https://www.researchgate.net/publication/289047711

Fakhriansyah, M. (2024, Januari 2). Berkat percaya fengsui, pria ini jadi orang terkaya ke-1 RI. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20231228150703-25-500981/berkat-percaya-fengsui-pria-ini-jadi-orang-terkaya-ke-1-ri

Lomas, T. (2021). Life balance and harmony: Wellbeing’s golden thread. International Journal of Wellbeing, 11(1), 50–68. https://doi.org/10.5502/ijw.v11i1.1477

Matthews, M. R. (2023). Feng shui and the scientific testing of chi claims. Culture of Sciences, 6(3), 279–291. https://doi.org/10.1177/20966083231201425

Rokeach, M. (1973). The nature of human values. Free Press.

Walls, P. (2023). 39 Pros & cons of starting a feng shui practitioner business (2024). Starter Story. https://www.starterstory.com/ideas/feng-shui-practitioner-business/pros-and-cons

Watton, E., Lichtenstein, S., & Aitken, P. (2019). “Won’t get fooled again”: How personal values shape leadership purpose, behavior and legacy. Journal of Management and Organization, 25(3), 414–429. https://doi.org/10.1017/jmo.2019.19