ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 30 Maret 2025

 

Benign dan Malicious Envy di Media Sosial:

Ketika Kehidupan Orang Lain Menjadi Standar Diri

Oleh:

Siti Tiyan Makiyatul Karimah & Devie Yundianto

Prodi Psikologi, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Kehadiran media sosial terbukti memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan penggunanya serta berperan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi sekaligus ruang untuk berinteraksi sosial. Istilah “media sosial” berasal dari dua kata, yaitu “media” yang merujuk pada alat atau sarana untuk menyampaikan informasi, dan “sosial” yang mengacu pada aktivitas interaksi yang terjadi antara individu atau kelompok dalam suatu masyarakat. Melalui, media sosial penyebaan informasi dapat terjadi dengan cepat dan mudah tanpa terbatas oleh jarak geografis ataupun waktu (Eliastuti dkk., 2023).

Dengan adanya media sosial, pengguna dapat dengan bebas membagikan berbagai aspek kehidupan pribadi mereka tanpa adanya batasan yang signifikan, mulai dari aktivitas sehari-hari hingga pencapaian tertentu. Kebebasan tersebut memberikan dampak terhadap privasi serta pandangan publik terhadap pengguna baik secara positif ataupun negatif. Hal ini juga memungkinkan munculnya berbagai interpretasi atau persepsi orang lain yang mengamati unggahan tersebut (Ardiany & Ardi, 2022).

Melalui media sosial, individu dapat mengakses berbagai informasi yang dapat membantu untuk memahami kondisi pribadi mereka. informasi yang tersedia di media sosial sering kali dijadikan sebagai bahan untuk membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain. Pengguna media sosial dengan mudah dapat melihat berbagai aspek kehidupan orang lain. Hal tersebut, mengakibatkan banyak individu yang menentukan nilai diri mereka berdasarkan perbandingan tersebut. Mereka cenderung menilai diri mereka, baik dalam konteks sosial maupun pribadi berdasarkan apa yang mereka lihat di media sosial (Abdillah, 2020).

Menurut Febriyanti dkk (2023), semakin sering individu melakukan perbandingan sosial dengan membandingkan diri mereka dengan kehidupan orang lain yang terlihat di media sosial, maka semakin besar kemungkinan tingkat rasa iri (envy) yang mereka rasakan. Hal ini dapat terjadi karena individu cenderung fokus pada aspek-aspek positif atau ideal dari kehidupan orang lain, seperti pencapaian, kebahagiaan, atau keberhasilan yang mereka tampilkan. Perasaan iri dapat muncul ketika individu melakukan perbandingan sosial ke atas (upward comparison) yaitu, membandingkan diri mereka dengan orang lain yang dianggap lebih baik atau lebih sukses sehingga, mereka merasa bahwa apa yang dicapai oleh orang lain lebih unggul dibandingkan dengan apa yang ada pada dirinya sendiri (Van De Ven, 2016).

Perasaan iri (envy) dapat berdampak negatif terhadap kondisi dan pertumbuhan kesejahteraan psikologis seseorang. Rasa iri yang terus menerus dapat memicu timbulnya emosi negatif seperti mudah marah, kesal, murung, dan mudah tersinggung. Dampak tersebut dapat mengganggu kesehatan mental, mengurangi kebahagiaan, serta menurunnya rasa puas terhadap diri sendiri. Ketika individu dikuasai oleh rasa iri mereka akan lebih terfokus pada kekurangan yang mereka rasakan dibandingkan dengan hal-hal positif yang ada di hidup mereka sehingga, dapat menghambat perkembangan psikologis dan emosional yang sehat (Aprilya dkk., 2024).

Menurut Crusius dkk (2019), rasa iri hati terdapat 2 jenis, yaitu:

Benign Envy (iri hati yang positif)

Iri hati yang timbul ketika individu merasa iri terhadap pencapaian orang lain, akan tetapi perasaan tersebut justru dapat memotivasi individu untuk berusaha meningkatkan diri dan mendorong individu untuk berkembang. Misalnya, di media sosial pengguna sering kali melihat konten terkait pencapaian atau kesuksesan orang lain. Bagi sebagian orang, perasaan iri ini justru dapat memotivasi mereka untuk mencapai hal-hal yang mereka inginkan.

Malicious Envy (iri hati yang negatif)

Iri hati yang timbul ketika individu merasa iri terhadap orang lain yang disertai dengan keinginan agar orang tersebut mengalami kegagalan atau penderitaan. Misalnya, pengguna media sosial merasa cemas dan marah ketika melihat kehidupan orang lain yang terlihat sempurna di media sosial sehingga, perasaan ini menimbulkan perasaan tidak puas dan berkeinginan untuk merendahkan orang yang mereka lihat lebih sukses dibandingkan dengan dirinya.

Dari kedua jenis iri hati ini menunjukkan bahwa, media sosial dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku penggunanya. Tergantung bagaimana pengguna media sosial mengelola perasaan iri tersebut terhadap orang lain yang mereka lihat di media sosial. Oleh karena itu, penting bagi pengguna media sosial untuk menyadari dampak dari perbandingan sosial terhadap kesehatan mental mereka dan berusaha untuk lebih bijaksana dalam mengelola emosi negatif atau perasaan iri yang timbul dari konten orang lain di media sosial.

Referensi:

Abdillah, A. (2020). Pengaruh Iri Hati Terhadap Munculnya Schadenfreude. IJIP : Indonesian Journal of Islamic Psychology, 1(2), 285–309. https://doi.org/10.18326/ijip.v1i2.285-309

Aprilya, Y., Juniarly, A., & Purnamasari, A. (2024). Kesejahteraan Psikologis Pengguna Instagram ditinjau dari Peran Iri. Jurnal Ilmiah Psikologi MIND SET, 15(01), 47–54. https://doi.org/10.35814/mindset.v15i01.4534

Ardiany, M. F., & Ardi, R. (2022). Hubungan Intensitas Penggunaan Instagram terhadap Self-Esteem Emerging Adult yang dimediasi dengan Perbandingan Sosial. Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM), 2(1), 153–162. https://doi.org/10.20473/brpkm.v2i1.31965

Crusius, J., Gonzalez, M. F., Lange, J., & Cohen-Charash, Y. (2019). Envy: An Adversarial Review and Comparison of Two Competing Views. 12(1), 1–19. https://doi.org/10.1177/175407391987313

Eliastuti, M., Azhar, M., Fitria, A., Mintarsih, E., Hafsari, S., & Fitriyani, M. (2023). UJARAN KEBENCIAN PADA AKUN TWITTER AMANO PIKAMEE. Nusantara Hasana Journal, 2(12), 63–74. https://doi.org/10.59003/nhj.v2i12.842

Febriyanti, R., Taibe, P., & Zubair, A. G. H. (2023). Envy Sebagai Mediator pada Peran Social Comparison terhadap Quarterlife Crisis pada Mahasiswa di Kota Makassar. Jurnal Psikologi Karakter, 3(1), 28–35.

Van De Ven, N. (2016). Envy and Its Consequences: Why It Is Useful to Distinguish between Benign and Malicious Envy. Social and Personality Psychology Compass, 10(6), 337–349. https://doi.org/10.1111/spc3.12253